Satu lagi pengakuan yang terlalu kasar harus ku katakan. Belum ada yang sesederhana dan sebrengsek kamu. Terima kasih telah menjadi dirimu.
Terima kasih
Satu lagi pengakuan yang terlalu kasar harus ku katakan. Belum ada yang sesederhana dan sebrengsek kamu. Terima kasih telah menjadi dirimu.
Surat untuk diri sendiri
Ibu
Akan selalu ada cerita sehabis hujan. Entah angan, entah kenangan, entah harapan. Harapan adalah apa-apa yang engkau utarakan setiap detik semenjak aku engkau lahirkan. Kenangan adalah cerita yang tak habis kita ciptakan. Dan harapan adalah doa-doa yang kita rapal berdua tanpa enggan.
Aku rindu,
Rindu segala kata yang sering kau ucap. Rindu segala aroma hidanganmu yang mantap. Rindu segala kecerewetanmu yang kadang membuat pengap. Rindu segala pelukan dekap. Tidur berdua, makan berdua, bersih-bersih berdua. Ah, aku sungguh rindu.
Terimakasih ibu,
Terimakasih untuk selalu menyediakan bahu bagi keluh kesah keputus asaan. Terimakasih untuk selalu menyediakan lengan bagi air mata pelukan. Terimakasih untuk selalu menyediakan ruang bagi setiap rasa kehampaan. Terimakasih untuk selalu menyediakan kasih sayang yang tak pernah bisa terbayang. Dan terimakasih untuk selalu memberi seluruh cinta, seluruh nafas, dan seluruh hidupmu.
Ibu, mencintaimu adalah sungguh. Memilikimu adalah anugrah yang tak bisa ku lepaskan. Dan ibu, masih bersediakah ibu menuggu kebahagiaan yang sedang kulukis diatas doa-doa yang tak henti kita lantunkan. Serta menunggu aku yang segera berpulang ke pangkuan asalku, pelukanmu.
Ibu, semoga segala bahagia selalu menyertai ibu, dan kita.
Anak gadis kesayangan ibu,
4 Februari 2014
ElsaFanni
Elsa . .
Ketersesatan paling indah
Ayu
Selamat pagi Ayu,
Dunia indah kalau kau tersenyum untuk duniamu.
Belom lamanya kita berdekatan, tak memutus ingatan kala engkau memendam amarah yang kau lepaskan.
Tanpa ada basa-basi lebih panjang, ku katakan maaf setulus hati dengan lapang. Mungkin ada kekeliruan dari caraku mengucap keadaan. Ku minta, agar kau memahami yang ku sampaikan.
Salam terhangat dariku,
Sudah kulipat rindu dan maaf yang beribu hanya untukmu.
Naisela
Satu
Teruntuk kalian perempuanku,
Selalu ada yang istimewa ditanggal satu.
Aku lupa bagaimana memulainya. Kita menjelma menjadi kebahagiaan yang tiada duanya. Kita nikmati segala yg ada baik suka maupun duka. Kita adalah apa-apa yang selalu membuat dunia berbeda.
Tanggal satu, selalu ada cerita baru. Tak melulu soal cintaku cintamu, namun semua cerita seru. Kita beradu berteriak bernyanyi yang tak nentu terdengar syahdu. Kita bercumbu dengan bait-bait tawa mengusir pilu.
Kadang kala kita berkumpul, bermalas-malasan dipelataran rumah nyaman. Bercengkrama apapun yang terdengar menawan. Masa sekolah sampai keanehan-keanehan di luar jaman. Tangisan, pelukan, kerusuhan, kesalah-pahaman, kemarahan, semua alasan yang kelak kan kita rindukan.
Masih tentang tanggal satu, kita menciptakan segala yang berisik. Membuat yang unik terlihat apik. Menyelimuti letih dengan gaya yang menggelitik. Menggambar hura-hura yang sedikit nyentrik. Menuai kasih sayang tanpa titik.
Masih ditanggal satu. Satu yang melulu tentang kita, tentang kalian. Kalian adalah apa-apa yang tak pernah ku bayangkan.
Pengharapanku yang tak pernah asa, kita satu menjadi satu keluarga yang tak pernah mati dalam peraduan kasih. Semoga persahabatan kita abadi.
13 Januari
Naisela
NOVEMBER
N o v e m b e r . . . . . Aku ingin menulis November. Perihal jatuh, kemudian rapuh. Perihal hilang, kemudian terbuang. Aku ingin diam saja dan tak menanti segala. Sebab, November terlalu penuh oleh luka menjelma tawa. Dan aku, terlalu jenuh untuk sekedar mencinta selayak musim lalu.