Archive for Februari 2014

Surat untuk diri sendiri

Kali ini kutulis surat dengan hati yang kehilangan rasa sakitnya. Semua habis dimakan masa beserta isi kepala yang berantakan seperti tumpukan sampah di bantar gebang. Suratku ini ku tulis dengan ambisi yang sama ketika rindu padamu mengalir tanpa arah. Memilah janji-janji di gulungan angin yang berhembus menghempas memecah dedaunan. 
Surat ini tak akan panjang. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa bulan bintang tak akan kemana selagi langit masih luas membentang bumi. Selayak kita yang akan menjelajah kemana-mana saat cinta dipermainkan luka.

Aku sedang merasa kurang manusia akhir-akhir ini. Rinduku semakin jalang, layak macan yang mengaum mencakar relung hati terdalam. Memberi luka yang sama seperti perpisahanku dengan kenangan di pinggiran jalan. Aku lelah menjadi baik. Aku lelah menjadi manusia berhati ular yang merayap melata dibalik gemerlap kemunafikan.

Aku rindu dirimu yang dengan jujur menelanjangi kesombonganku.
Aku rindu dirimu yang mampu melucuti kepura-puraanku diatas topeng bernama moral. Moral yang entah bernama apa.

Surat ini mungkin membuatmu bingung. Aku juga menulis dengan kadar bingung yang sama. Kepalaku kini tak lagi mampu berputar. Semuanya statis dalam irama mistis. Tolong, tolong ajarkan aku melupa semua luka yang telah meraba dada. Ajarkan aku menghabisi munafik-munafik yang menggeliat di atas asa.

Ah, sudahlah. Sebelum surat ini semakin mengalir ke hal yang tak semestinya, aku hanya ingin kau tau bahwa padamu aku tak perlu menjadi manusia tapi apa saja yang memubatku berharga. Dan hanya kau yang mampu melihatku sebagai diriku yang serupa binatang tanpa pandangan redah namun indah.

Posted in | Leave a comment

Ibu

Akan selalu ada cerita sehabis hujan.  Entah angan, entah kenangan, entah harapan. Harapan adalah apa-apa yang engkau utarakan setiap detik semenjak aku engkau lahirkan.  Kenangan adalah cerita yang tak habis kita ciptakan. Dan harapan adalah doa-doa yang kita rapal berdua tanpa enggan.

Aku rindu,
Rindu segala kata yang sering kau ucap. Rindu segala aroma hidanganmu yang mantap. Rindu segala kecerewetanmu yang kadang membuat pengap. Rindu segala pelukan dekap. Tidur berdua, makan berdua, bersih-bersih berdua. Ah, aku sungguh rindu.

Terimakasih ibu,
Terimakasih untuk selalu menyediakan bahu bagi keluh kesah keputus asaan. Terimakasih untuk selalu  menyediakan lengan bagi air mata pelukan. Terimakasih untuk selalu menyediakan ruang bagi setiap rasa kehampaan. Terimakasih untuk selalu menyediakan kasih sayang yang tak pernah bisa terbayang. Dan terimakasih untuk selalu memberi seluruh cinta, seluruh nafas, dan seluruh hidupmu.

Ibu, mencintaimu adalah sungguh. Memilikimu adalah anugrah yang tak bisa ku lepaskan. Dan ibu, masih bersediakah ibu menuggu kebahagiaan yang sedang kulukis  diatas doa-doa yang tak henti kita lantunkan. Serta menunggu aku yang segera berpulang ke pangkuan asalku, pelukanmu.


Ibu, semoga segala bahagia selalu menyertai ibu, dan kita.



Anak gadis kesayangan ibu,
4 Februari 2014

Posted in | Leave a comment